Jumat, 13 Mei 2016

Deparpolisasi Yang Akan Terulang

Deparpolisasi yang Akan Terulang

Oleh: Rendra Andy Setiawan

Akhir-akhir ini kita sering menjumpai kabar tentang “Menuju DKI Satu”, tentu dari kata tersebut pertama yang ada di benak kita adalah Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahja Purnama (Pak Ahok). Orang nomor satu di DKI ini terkenal dengan sifatnya yang semi otoriter dan tegas dalam menerapkan peraturan-peraturan yang ada kepada masyarakat DKI. Semenjak menjabat menjadi Wakil Gubernur saja sudah banyak area bahkan infrastruktur dan kebijakan yang diambil untuk menertibkan warganya. Apalagi sekarang, naik jabatan sebagai Gubernur DKI justru banyak masyarakatnya dan para pejabat tinggi DKI yang menjadikan Pak Ahok sebagai rival dalam berpolitik. Contohnya saja Ketua DPRD DKI Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Haji Lulung pernah mengalami perdebatan sengit. Bahkan yang baru-baru ini dengan masyarakat tentang Kalijodo yang akan dibuat untuk taman kota dan menggusur beberapa rumah warga dan selanjutnya akan dipindah ke rusun. Pak Ahok dengan lantang menjawab berbagai kecaman dari masyarkat yang dianggap sebagai tidak pro rakyat, namun sebenarnya tindakan Pak Ahok ini juga demi DKI yang bersih dan teratur sebagai Ibukota Indonesia.

Intro Deparpolisasi

Apakah Anda tahu istilah Deparpolisasi? Kalau Anda belum tau berarti Anda sedang tidak tahu. Deparpolisasi adalah pengurangan peran partai politik (parpol) dalam suatu Pemilu. Deparpolisasi pernah terjadi pada era Orde Baru, dimana dahulu kala hanya diprbolehkan hanya 3 parpol yang ada di Indonesia. Parpol saat itu menguasai semua manusia yang ada di Indonesia mulai dari guru dan penjaga keamanan negara seakan-akan parpol adalah kebutuhan hidup. Sampai-sampai dimanapun yang ditanya adalah parpol bukan identitas. Ya itulah kehidupan parpol di era baru dibawah Pak Soeharto. Lalu, apa hubungannya Pak Ahok dan Deparpolisasi? Jangan anggap tidak ada, namun kenyataan ada. Rumor yang beredar dari kalangan pendukung Pak Ahok dalam Pemilu DKI tahun depan mengatakan “Maju independen saja, Pak”. Itu menunjukan bahwa pendukung Pak Ahok ingin jagoannya maju tanpa campur tangan dari parpol. Padahal, beberapa waktu lalu Pak Ahok mendatangi Ibu Mega. Entah membicarakan tentang apa, namun yang pasti Pak Ahok mengingikan dukungan dari Partai Banteng seperti Pak Presiden. Hal itu belum mendapat respon dari Ibu Mega apakah didukung atau tidak, yang jelas pendukung Pak Ahok ingin Pak Ahok meju dalam Pemilu DKI 2017 secara indepnden. Tidak tahu apa tujuan pendukung Pak Ahok menginginkan hal tersebut, namun yang jelas pendukung Pak Ahok sepenuh hati mendukung Pak Ahok maju dengan independen.

Efek Deparpolisasi

Deparpolisasi itu tidak mudah seperti bicara yang gampang, namun ada berbagai efek negatif yang harus diperhatikan. Seharusnya pendukung Pak Ahok mengerti dan menimbang secara matang dan kritis. Maju secara independen itu tidak gampang, banyak yang harus diperkuat karena seseorang apabila mencalonkan diri dalam ranah politik itu paling tidak ada satu parpol yang mendukung ataupun mengusungnya. Walaupun independen tidak dilarang dalam Pemilu, namun ini akan memperbanyak hantaman dari berbagai pihak. Pak Ahok dulu seorang Gerindra saat menjadi Wagub dan mengundurkan setelah beberapa tahun menjadi Wagub. Parpol selain sebagai sarana politik juga berfungsi sebagai penguat dalam individu calon. Seharusnya pendukung Pak Ahok menimbang sampai hal tersebut agar Pak Ahok kuat dalam bertarung. Apalagi ada beberapa calon Gubernur Jakarta yang akan maju tahun dan mereka semua adalah orang parpol dan parpol tersebut sama kuatnya dan mempunyai nama dikalangan masyarakat. Semoga DKI Jakarta bisa menjadi lebih baik entah siapapun pemimpinnya dan siapapun yang berkuasa dalam politik dan pemerintahan di DKI.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar